Pemerintahan Donald Trump merancang rencana pasca-perang Gaza yang mencakup relokasi “sukarela” warga Palestina dengan imbalan token digital, pembayaran tunai, serta subsidi makanan dan sewa di tempat lain, demikian dilaporkan Washington Post, Minggu (31/8).
Penjabat Wakil Tetap Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky mengatakan aktivitas yang disebut sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” AS-Israel bukanlah misi kemanusiaan, melainkan “kekejian yang disamarkan sebagai niat baik”.
Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekaligus Wakil Koordinator Bantuan Darurat Joyce Msuya (di layar) menyampaikan paparan kepada Dewan Keamanan melalui tautan video mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk isu Palestina, mewakili Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, di kantor pusat PBB di New York, Amerika Serikat (AS), pada 27 Agustus 2025. (Carapandang/Xinhua/PBB/Loey Felipe)
Penjabat Wakil Tetap Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky mengatakan aktivitas yang disebut sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” AS-Israel bukanlah misi kemanusiaan, melainkan “kekejian yang disamarkan sebagai niat baik”.
Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan gratis di sebuah kamp pengungsi di Gaza City barat daya pada 24 Agustus 2025. (Carapandang/Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menggandeng Mishr Al Kheir Foundation, Mesir, kembali mengirimkan 35.000 paket bantuan pangan secara bertahap menuju Gaza, Palestina, melalui gerbang Rafah.
Laporan badan pangan dunia IPC mengonfirmasi bahwa Gaza kini berada di Fase 5, tingkat tertinggi kelaparan. Lebih dari setengah juta orang menghadapi kondisi katastrofik berupa kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian.
Foto yang dirilis oleh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) pada 19 Mei 2025 ini menunjukkan sejumlah tentara Israel selama operasi di Jalur Gaza. (Carapandang/Xinhua/Pasukan Pertahanan Israel)